Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50% dalam keputusan hasil Rapat Dewan Gubernur 17-18 April 2023.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan alasan bank sentral tetap mempertahankan level suku bunga tersebut karena sejalan dengan stance kebijakan moneter yang preemptive dan forward looking dalam rangka memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan.
“Bank Indonesia meyakini bahwa BI7DRR sebesar 5,75% memadai untuk mengarahkan inflasi inti terkendali dalam kisaran 3,0±1% di sisa tahun 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat kembali ke dalam sasaran 3,0±1% lebih awal dari perkiraan sebelumnya,” jelas Perry dalam konferensi pers, Selasa (18/4/2023).
Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah juga terus diperkuat guna mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadap nilai tukar rupiah.
Adapun untuk pertumbuhan ekonomi global diperkirakan lebih baik dari proyeksi sebelumnya. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2023 dapat mencapai 2,6% sejalan dengan dampak positif pembukaan ekonomi China dan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang diperkirakan lebih baik dipengaruhi kinerja ekonomi yang kuat pada triwulan I 2023.
“Perbaikan ekonomi global di tengah keketatan pasar tenaga kerja di AS dan Eropa mengakibatkan prospek penurunan inflasi global berjalan lambat dan mendorong berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter di negara maju meskipun diperkirakan hampir akan mencapai puncaknya,” jelasnya.
“Sementara itu, respons bank sentral AS dan Eropa memitigasi risiko kasus perbankan di AS dan Eropa berdampak pada berkurangnya ketidakpastian pasar keuangan global. Perkembangan tersebut pada gilirannya mendorong aliran masuk modal asing dan penguatan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia,” lanjutnya.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan positifnya kinerja ekspor. Hingga Maret 2023, ekspor nonmigas Indonesia tumbuh tinggi, didukung antara lain oleh ekspor batu bara, mesin listrik, dan kendaraan bermotor. Dengan berbagai perkembangan ekspor hingga aliran masuk dana asing, pertumbuhan ekonomi pada 2023 diperkirakan akan bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3%.
Bi menilai Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap baik dan mendukung ketahanan eksternal. Transaksi berjalan triwulan I 2023 diperkirakan mencatat surplus ditopang oleh surplus neraca perdagangan barang sebesar 12,3 miliar dolar AS. Transaksi modal dan finansial triwulan I 2023 diperkirakan juga mencatat surplus seiring aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan I 2023 yang mencatat net inflows sebesar 4,7 miliar dolar AS. Aliran masuk modal asing ke investasi portofolio terus berlanjut pada April 2023 yang hingga 14 April 2023 mencatat net inflows 1,2 miliar dolar AS.
“Perkembangan positif di aliran masuk modal asing sejalan dengan dampak meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah kondisi ekonomi domestik yang terus membaik seperti pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan yang menarik,” jelasnya.
BI mencatat posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2023 juga terus meningkat menjadi 145,2 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Adapun nilai tukar rupiah terjaga sejalan dengan langkah stabilisasi BI di tengah kembali meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. “Nilai tukar Rupiah pada 17 April 2023 menguat sebesar 1,38% secara point-to-point dibandingkan dengan level akhir Maret 2023, didorong kuatnya aliran masuk modal asing di investasi portofolio,” jelas Perry.
Secara year-to-date, nilai tukar Rupiah pada 17 April 2023 menguat 5,26% dari level akhir Desember 2022, lebih tinggi dibandingkan dengan apresiasi Rupee India sebesar 0,93%, Baht Thailand sebesar 0,71%, dan depresiasi Peso Filipina sebesar 0,22%.
Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan Rupiah terus menguat sejalan dengan surplusnya transaksi berjalan dan berlanjutnya aliran masuk modal asing dipengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang tinggi, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik,” jelas Perry.
Bank Indonesia terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan sebagai berikut:
Memperkuat operasi moneter untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter;
- Memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation, melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder;
- Melanjutkan twist operation melalui penjualan SBN di pasar sekunder untuk tenor pendek guna meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing dalam rangka memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah;
- Melanjutkan implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif dengan mempertahankan: (a) rasio Countercyclical Capital Buffer (CCyB) sebesar 0%; (b) Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) pada kisaran 84-94%; serta (c) rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 6% dengan fleksibilitas repo sebesar 6%, dan rasio PLM Syariah sebesar 4,5% dengan fleksibilitas repo sebesar 4,5%;
- Memberlakukan peningkatan insentif kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas yang belum pulih, Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit/pembiayaan hijau sejak 1 April 2023 sebagai berikut:
- Peningkatan besaran total insentif makroprudensial yang dapat diterima bank, dari sebelumnya paling besar 200bps menjadi paling besar 280bps. Total insentif tersebut terdiri dari insentif atas kredit/pembiayaan kepada sektor prioritas paling tinggi sebesar 1,5%; insentif atas penyaluran KUR dan kredit UMKM meningkat dua kali lipat menjadi paling tinggi sebesar 1%; dan insentif atas penyaluran kredit/pembiayaan hijau paling tinggi sebesar 0,3%;
- Realokasi penerima insentif makroprudensial kepada kelompok subsektor Penopang Pemulihan (Slow Starter) dengan threshold pertumbuhan kredit/pembiayaan tetap rendah yaitu sebesar minimal 1% dan menaikkan threshold pertumbuhan kredit/pembiayaan untuk kelompok Penggerak Pertumbuhan (Growth Driver) dan kelompok Berdaya Tahan (Resilience) dari semula 1% menjadi masing-masing 3% dan 5%.
- Melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman kepada analisis terhadap suku bunga sektor-sektor yang terkait dengan pengembangan hilirisasi (Lampiran);
- Memperkuat digitalisasi sistem pembayaran untuk meningkatkan efisiensi transaksi dan perluasan ekosistem Ekonomi dan Keuangan Digital (EKD), antara lain dengan implementasi: (i) QRIS antarnegara Indonesia-Malaysia; dan (ii) Kartu Kredit Pemerintah (KKP) domestik fisik yang berkoordinasi erat dengan Pemerintah dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) bersamaan dengan Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) pada awal bulan Mei 2023;
- Memperkuat kebijakan sistem pembayaran selama periode libur Ramadan dan Idulfitri 1444 H, dengan memastikan ketersediaan, keandalan, dan keamanan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sistem pembayaran industri, termasuk memantau keandalan sistem peserta dalam memberikan pelayanan transaksi sistem pembayaran, serta memastikan ketersediaan uang Rupiah dengan kualitas yang terjaga di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
- Memperkuat kerja sama internasional dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya, serta memfasilitasi penyelenggaraan promosi investasi dan perdagangan di sektor prioritas yang bersinergi dengan instansi terkait. Selain itu, Bank Indonesia berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait untuk menyukseskan Keketuaan ASEAN 2023, khususnya melalui jalur keuangan.