Saham emiten kawasan industri berkapitalisasi pasar Rp 1,4 triliun di bursa yakni PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) ditutup di zona hijau pada perdagangan sesi Selasa (18/04/2023).
Saham BEST ditutup melesat 8,21% ke posisi Rp 145/lembar. Saham BBRI pada perdagangan hari ini bergerak direntang harga Rp 131-145.
Saham BEST sudah ditransaksikan sebanyak 1.668 kali dengan volume sebesar 68,47 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 9,57 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 1,4 triliun.
Hingga penutupan pasar, di order bid atau beli, terdapat 1.417.366 lot total antrian. Antrian beli terbanyak berada di harga Rp 145/lembar yang sebanyak 767.565 lot antrian.
Sementara di order offer atau jual, terdapat 55.356 lot total antrian. Adapun antrian jual terbanyak berada di harga Rp 147/lembar, yang mencapai 15.180 lot antrian.
Dari rasio harga dan nilai bukunya, price to earnings ratio (PER) BEST saat ini mencapai 3,2 kali disetahunkan (annualized), sedangkan rasio price to book value (PBV) BBRI saat ini sebesar 0,32 kali.
Jika dibandingkan dengan industri properti kawasan industri, maka saham BEST] tergolong murah karena PER dan PBV-nya berada di atas rata-rata. Adapun median PER industri mencapai 8,52 kali, sedangkan media PBV industri mencapai 0,61 kali.
Sebelumnya pada perdagangan sesi I hari ini, saham BBRI sempat terkoreksi meski koreksinya cenderung tidak terlalu parah. Namun, setelah diumumkannya laporan keuangan kuartal pertama 2023 menjelang penutupan pasar, saham BEST berbalik arah ke zona penguatan.
BEST membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp 109 miliar meroket 721% dibanding 1Q2022 sebesar Rp 13 miliar.
Laba bersih BEST mengalami pertumbuhan yang luar biasa, sehingga jika perusahaan mampu konsisten membukukan laba serupa selama satu tahun akan setara Rp 437 miliar, maka PER perusahaan berada di 3,2 kali.
Peningkatan laba bersih ini disebabkan oleh penjualan perseroan yang melonjak 161% secara quarter on quarter (QoQ). Sedangkan, beban pokok penjualan hanya mengalami peningkatan sebesar 120%, sehingga gross profit margin perusahaan mengalami peningkatan.
Beban penjualan, umum, dan administrasi (SG&A) juga tidak mengalami lonjakan yang signifikan yang berarti kenaikan penjualan tidak memerlukan peningkatan beban SG&A. Beban bunga dan keuangan mengalami peningkatan 51% atau meningkat Rp 12 miliar.
Keuntungan kurs mata uang juga mengalami peningkatan 41% atau setara Rp1,6 miliar.
Peningkatan pendapatan perseroan didukung oleh penjualan tanah yang mengalami pertumbuhan mencapai 338% dari Rp35,7 miliar (2022) menjadi Rp 156,75 miliar (2023). Total penjualan tersebut berasal 69% berasal dari PT Jaya Yasuda Indonesia dan 31% dari PT Multi Cita Rasa.
Perusahaan mampu mengefisiensikan bebannya selama pandemi, namun ketika bisnis BEST mulai membaik beban-beban tersebut dapat tetap efisien. Kondisi tersebut berpotensi menjadikan BEST tergolong dalam kategorisasi perusahaan turnaround.