Kondisi saat ini di Sudan terus memanas. Ini diakibatkan kudeta yang sedang dicoba untuk dilakukan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) terhadap kubu penguasa di negara itu.
Tercatat, sudah ada ratusan korban tewas akibat rencana kudeta ini. WNI yang berada di Khartoum juga melaporkan adanya rentetan suara tembakan dan ledakan yang masih meliputi kota itu.
RSF pun dikaitkan dengan kelompok paramiliter Rusia, Wagner Group. Kelompok ini pertama kali mendapat perhatian luas pada tahun 2014 ketika mereka diduga terlibat dalam aneksasi Krimea oleh Rusia dan pertempuran di Ukraina timur.
Saat ini, Wagner memang masih aktif dalam perang Rusia di Ukraina. Kelompok ini bahkan mulai mengambil andil yang besar dengan membebaskan beberapa kota di Donbass seperti yang terbaru bagian dari Bakhmut.
Wagner dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin, yang dijuluki sebagai ‘Koki Putin’. Ia menyandang panggilan koki Putin karena ia bangkit dari menjadi pemilik restoran dan katering untuk Kremlin.
Wagner memulai operasinya di Sudan pada masa pemerintahan mantan Presiden Omar Al Bashir, yang dipaksa turun dari kekuasaan pada 2019 selama protes skala besar.
Khawatir pemerintahannya goyah, Bashir pergi ke Rusia pada tahun 2017 untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin dan menawarkan Sudan kepadanya sebagai ‘pintu gerbang ke Afrika’.
Tak lama kemudian, Meroe Gold, perusahaan tambang baru yang merupakan anak korporasi Rusia M Invest, mulai membawa pakar Rusia ke Sudan, yang notabenenya produsen emas terbesar ketiga di Afrika.
Pada tahun 2020, Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) memberikan sanksi kepada M Invest dan Meroe Gold, mengatakan bahwa penyelidikannya telah mengungkapkan bahwa M Invest adalah kedok untuk Wagner.
“Wagner Group terutama ditujukan untuk menjaga sumber daya mineral, khususnya sumber daya penambangan emas, dan bertindak sebagai kekuatan pendukung bagi pemerintah Bashir dalam hal melindunginya dari oposisi internasional,” ujar penulis buku Russia in Africa, Samuel Ramadi, kepada Al Jazeera, Selasa (18/4/2023).
Setelah Al Bashir disingkirkan dari kekuasaan, Prigozhin mencoba mendekatkan dirinya dengan panglima militer Abdel Fattah Al Burhan. Namun, hubungan itu memburuk setelah pembantaian Khartoum 2019 ketika dinas keamanan Sudan membubarkan aksi duduk dengan kekerasan.
Namun Wagner masih memainkan peranan penting setelahnya. Sebuah laporan CNN dari bulan Juli mengutip sumber resmi Sudan mengatakan sebuah pesawat militer menyelundupkan emas dengan menerbangkan setidaknya 16 penerbangan dari Sudan ke Latakia, sebuah kota pelabuhan Suriah di mana Rusia memiliki pangkalan militer.
Lalu, baru-baru ini, Wagner menjalin hubungan dengan RSF dan komandannya, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo. Pada awal 2022, sehari setelah Rusia melancarkan serangan skala penuh ke Ukraina, Dagalo terbang ke Moskow, mengantarkan fase baru dalam hubungan RSF dengan Grup Wagner.
“Ini terutama ditujukan untuk menciptakan rute penyelundupan emas dari Sudan ke Dubai dan kemudian ke Rusia sehingga mereka dapat mendanai operasi Grup Wagner di Ukraina,” pungkas Ramadi lagi.
Tidak diketahui apakah Wagner terlibat dalam pertempuran saat ini di Sudan. Ramadi sendiri berpandangan bahwa Wagner saat ini memainkan posisi bertahan seperti apa yang diinginkan Moskow.
“Mereka tentu saja tidak mendapatkan lampu hijau dari Kremlin untuk memainkan peran yang lebih aktif, dan mereka mungkin akan bertahan untuk saat ini,” tambahnya.
Ashok Swain, ahli di Universitas Uppsala di Swedia, meyakini Wagner ‘sangat mungkin terlibat dalam perjuangan saat ini untuk mempertahankan kehadirannya di negara itu dan melindungi kepentingan bisnisnya’.
“AS baru-baru ini menekan Dewan Kedaulatan yang berkuasa di Sudan untuk mengeluarkan kelompok tentara bayaran ini dari negara itu,” kata Ashok.
“Dengan demikian, Wagner memiliki minat yang besar pada siapa yang memenangkan pertarungan kekuasaan yang sedang berlangsung di negara ini,” jelasnya.